Senin, 17 Desember 2012

Lagu Rohani

serti yang KAU ingini
bukan dengan barang fana. Kau membayar dosaku
dengan darah yang mahal, tiada noda dan cela.
bukan dengan emas perak Kau menebus diriku
oleh segenap kasih dan pengorbananMu

ku tlah mati dan tinggalkan cara hidupku yang lama
semuanya sia-sia dan tak berarti lagi
hidup ini ku letakkan
pada mesbahMu ya Tuhan
jadilah padaku seperti yang Kau ingini...


biarlah lagu ini menjadi pengakuan Iman-ku...Tuhan Yesus tolong agar hamba mengerti arti pengorbananMu..
menjadi alat bagiMu..

Jumat, 14 Desember 2012

Tuhan masih sanggup untuk melakukan segala perkara bagiku-dan untuk dirimu... jangan pernah berhenti berharap padaNya

Kamis, 13 Desember 2012

Refleksi diri menyambut Natal

Refleksi diri menyambut Natal...
Natal, yang akan dirayakan pada  tanggal 25 Desember membuat semua orang Kristen serempak menyemarakan hari ini dengan berbagai cara.
ada yang memilih pulang kampung, untuk berkumpul bersama keluarga, ada  juga yang memilih menghias rumah seindah mungkin dengan berbagai pernak-pernik natal yang mengkilap dan mewah. ada juga yang sibuk dengan berbagai resep kue dan masakan untuk nantinya dihidangkan untuk menjamu tamu-tamu pada saat Natal. bukan hanya itu, ada yang rela menghabiskan tabungannya untuk tampil elegan saat natal dengan pakian, sepatu, tas dan tatarias yang mahal dan mewah. semuanya adalah cara masing-masing insaan dalam memeriakan hari Natal. dan yang paling ekstrim adalah menyiapkan minuman keras untuk disantap saat perayaan Natal nantinya.
inilah sekilas cara orang Kristen dalam menyambut perayaan Natal itu.
Natal= hari kelahiran Yesus Kristus yang adalah sang Juru-selamat manusia.
Natal memang wajib dirayakan untuk memperingati hari lahirnya Juru-selamat itu. 
tetapi apakah, dalam menyambut dan merayakan Hari Natal itu, setiap orang Kristen diperkenankan melakukan berbagai cara seperti di sebutkan tadi?
yang pertama:
tidak ada salahnya ketika  kita ingin merayakan Natal dengan seluruh anggota keluarga kita. toh, terasa lebih membahagiakan ketika di moment bahagia itu bisa saling menatap, saling memberi kasih dan saling mengintrospeksi diri antar anggota keluarga. tetapi, menjadi tidak benar ketika kita memaksakan kehendak untuk merayakan Natal bersama tetapi kenyataannya kita terbentur dengan waktu dan dana. misalnya, seorang anak yang berstudi di luar kota tempat orangtuanya tinggal, saat Natal ia ingin sekali untuk merayakan secara bersama-sama. akan tetapi ongkos untuk pulang ke daerah tempat orang tuanya tinggal sangat mahal. namun sang anak memaksa untuk pulang, sehingga orang tuanya harus berusaha untuk meminjam uang dari orang lain untuk biaya keberangkatan anaknya. sekilas, memang tidak mengapa, sebab orang tua juga ingin untuk bertemu dengan anaknya, tetapi secara ekonomis sang anak menambah beban orang tuanya, sebab demi keinginannya orang tuanya rela berkorban untuk meminjam uang dari orang lain. jika sang anak bisa berpikir lebih positif  maka bisa saja ia mengambil alternatif untuk tidak berangkat, dan tetap pada daerah tempat ia berstudi. bahagia dan sukacita Natal bukan hanya ada ketika kita bisa bersama, tetapi sukacita Natal itu telah ada dan lebih nyata ketika orang tua kita bisa tersenyum tanpa beban saat perayaan Natal. walaupun tidak bersama, tidak bisa saling menyapa secara langsung, tetapi itu lebih baik ketika kembali dan membuat orang tua kita terus berpikir, tidur tidak nyaman, karena terbeban dengan hutang mereka. bukankah Yesus datang untuk memberikan Sukacita yang utuh dan melepaskan yang terbeban? mengapa kita sendiri membuat orang tua kita tidak merasakan sukacita itu dan malah menambah beban mereka??...
yang kedua, menghias rumah dengan periasan natal yang berkelap-kelip dan mewah, inipun tidak ada salahnya untuk mereka yang merasa berkecukupan dan tidak menjadi sesuatu yang memberatkan ekonomi mereka. tetapi bagaimana dengan mereka yang menghendaki demikian mewahnya tetapi berpapasan dengan keuangan namum memaksa untuk hal itu?? inilah yang tidak dibenarkan. kemewahan yang kita buat adalah untuk kepusan diri semata. toh, Yesus lahir dalam kesederhanaan, mengapa kita harus memaksakan kehendak untuk sesuatu yang pada akhirnya membebani diri kita sendiri? kandang domba tempat Yesus dilahirkan dan kain Lampin sebagai pembungkus bayi Yesus adalah khiasan dari betapa sederhananya Yesus itu Yesus lahir dalam kesederhanaan bukan dalam kemewahan. tidak ada salahnya kita menyambut Dia dalam kemewahan karena era kita sekarang dengan yang dulu sudah cukup berubah secara pesat, tetapi janganlah karena Natal lalu mengharuskan kita memaksakan kehendak pada hal-hal yang sebenarnya bersifat sementara saja. intinya, bisa saja kita hias seindah mungkin rumah kediaman kita, asalkan itu tidak menyulitkan perekonomian kita, sebab dalam kesederhanaan- pun Yesus akan hadir di situ. yang paling terpenting lagi adalah Yesus tidak melihat seberapa mewahnya rumah kita, seberapa indahnya rumah kita dengan berbagai hiasan Natal, tetapi Yesus lihat kedalamman Hati kita, seberapa dalamnya kita membuka hati untuk menerima kedatanganNya.
ketiga: mempersiapkan makanan dan minuman untuk para tamu yang datang nantinya. oky, hal ini juga tidak ada salahnya, sudah menjadi tradisi orang Kristen pada saat merayakan Natal harus menyiapkan kue, makanan-makanan dan minuman. tetapi yang unik adalah ada orang dan pada umumnya ibu-ibu RT, yang karena kesibukan menyiapkan hidangan-hidangan tersebut kecapean dan tidak mengikuti ibadah perayaan Natal di Gereja. atau juga karena kecapean, sudah hilang sukacita, kegembiraannya saat mereayakan Natal malah marah-marah suami atau anak-anak. keadaan ini yang membuat cara ketiga ini salah dimata Tuhan. menjamu tamu dengan hidangan yang disiapkan, bukan berarti membuat kita sibuk dengan hal masak-memasak sampai melupakan makna Natal yang sebenarnya. secukupnya saja, dan tidak dalam kondisi yang memaksakan, sesab Natal bukan hanya sebatas kue, makanan dan minuman semata, tapi lebih dari pada itu adalah kebersamaan dan sukacita bersama Tuhan. 
keempat: menyambut Natal dengan balutan yang elegant. tradisi orang kristen saat natal adalah harus punya baju baru, spatu baru, tas baru dan semua yang baru, asal jangan suami baru atau istri baru (dalam hal selingkuh). sebenarnya hal ini tidak juga serta-merta dibilang adalah cara yang salah dalam menyambut Natal. tetapi, harus dilihat lagi terlebih dulu. bila memang yang bersangkutan merasa membuthkan sesuatu barang yang baru karena yang lamanhya sudah tidak pantas lagi ya itu sah-sah saja. akan tetapi bila yang lama masih bisa digunakan dan yang bersangkutan hanya membeli barang-barang  tersebut untuk kepuasan diri semata agar tampil beda saat perayaan Natal, inilah yang menjadi kesalahannya. Natal tidak diwajibkan dirayakan dengan barang-barang yang baru dan mewah, tetapi Hati Yang Baru dan Tulus menerima kedatanganNya.
buat apa dengan baju baru dan mahal, yang hanya membalut tubuh luar tetapi hati yang di dalam tidak diperbaharui??buat apa sepatu baru yang mahal dan mewah, tetapi kaki yang dihiasi sepatu baru itu tidak melangkah megikuti kehendak Tuhan?? semuanya adalah sia-sia. intinya adalah, merayakan Natal bukan hanya dengan barang yang baru, tetapi dibutuhkan Hati yang baru.
cara yang keempat ini yang palaing sering ditemui dilakoni oleh bapak-bapak dan anak muda laki-laki (pemuda). ada istilah satu tahun satu kali, dan karna itu mabok sampe pagi. apakah ini adalah cara yang baik untuk menyambut Yesus?? tidak ! ! !
 bagaimana Yesus mau menghampiri hidupnya kalau dalam keadaan yang mabok?? jangankan Yesus istri dan annakpun tidak berani untuk mendekat. bagaimana Suara Yesus mau didengar? suara Lonceng gereja yang berdentang aja tidak di dengar kok..atau bahkan jangankan suara lonceng, suara istripun tidak didengar. 
Natal tidak pantas disambut dengan MIRAS, sebab yang  Yesus harapkan adalah Hati yang tulus menerimaNya. hati yang tulus berkaitan dengan otak yang waras ! !
jadi kalau siapa yang tidak Tulus menerima Yesus = dia tidak waras = mabok tanpa minuman.
Tuhan Yesus sayang kita semua....
amin