serti yang KAU ingini
bukan dengan barang fana. Kau membayar dosaku
dengan darah yang mahal, tiada noda dan cela.
bukan dengan emas perak Kau menebus diriku
oleh segenap kasih dan pengorbananMu
ku tlah mati dan tinggalkan cara hidupku yang lama
semuanya sia-sia dan tak berarti lagi
hidup ini ku letakkan
pada mesbahMu ya Tuhan
jadilah padaku seperti yang Kau ingini...
biarlah lagu ini menjadi pengakuan Iman-ku...Tuhan Yesus tolong agar hamba mengerti arti pengorbananMu..
menjadi alat bagiMu..
Senin, 17 Desember 2012
Jumat, 14 Desember 2012
Kamis, 13 Desember 2012
Refleksi diri menyambut Natal
Refleksi diri menyambut Natal...
Natal, yang akan dirayakan pada tanggal 25 Desember membuat semua orang Kristen serempak menyemarakan hari ini dengan berbagai cara.
ada yang memilih pulang kampung, untuk berkumpul bersama keluarga, ada juga yang memilih menghias rumah seindah mungkin dengan berbagai pernak-pernik natal yang mengkilap dan mewah. ada juga yang sibuk dengan berbagai resep kue dan masakan untuk nantinya dihidangkan untuk menjamu tamu-tamu pada saat Natal. bukan hanya itu, ada yang rela menghabiskan tabungannya untuk tampil elegan saat natal dengan pakian, sepatu, tas dan tatarias yang mahal dan mewah. semuanya adalah cara masing-masing insaan dalam memeriakan hari Natal. dan yang paling ekstrim adalah menyiapkan minuman keras untuk disantap saat perayaan Natal nantinya.
inilah sekilas cara orang Kristen dalam menyambut perayaan Natal itu.
Natal= hari kelahiran Yesus Kristus yang adalah sang Juru-selamat manusia.
Natal memang wajib dirayakan untuk memperingati hari lahirnya Juru-selamat itu.
tetapi apakah, dalam menyambut dan merayakan Hari Natal itu, setiap orang Kristen diperkenankan melakukan berbagai cara seperti di sebutkan tadi?
yang pertama:
tidak ada salahnya ketika kita ingin merayakan Natal dengan seluruh anggota keluarga kita. toh, terasa lebih membahagiakan ketika di moment bahagia itu bisa saling menatap, saling memberi kasih dan saling mengintrospeksi diri antar anggota keluarga. tetapi, menjadi tidak benar ketika kita memaksakan kehendak untuk merayakan Natal bersama tetapi kenyataannya kita terbentur dengan waktu dan dana. misalnya, seorang anak yang berstudi di luar kota tempat orangtuanya tinggal, saat Natal ia ingin sekali untuk merayakan secara bersama-sama. akan tetapi ongkos untuk pulang ke daerah tempat orang tuanya tinggal sangat mahal. namun sang anak memaksa untuk pulang, sehingga orang tuanya harus berusaha untuk meminjam uang dari orang lain untuk biaya keberangkatan anaknya. sekilas, memang tidak mengapa, sebab orang tua juga ingin untuk bertemu dengan anaknya, tetapi secara ekonomis sang anak menambah beban orang tuanya, sebab demi keinginannya orang tuanya rela berkorban untuk meminjam uang dari orang lain. jika sang anak bisa berpikir lebih positif maka bisa saja ia mengambil alternatif untuk tidak berangkat, dan tetap pada daerah tempat ia berstudi. bahagia dan sukacita Natal bukan hanya ada ketika kita bisa bersama, tetapi sukacita Natal itu telah ada dan lebih nyata ketika orang tua kita bisa tersenyum tanpa beban saat perayaan Natal. walaupun tidak bersama, tidak bisa saling menyapa secara langsung, tetapi itu lebih baik ketika kembali dan membuat orang tua kita terus berpikir, tidur tidak nyaman, karena terbeban dengan hutang mereka. bukankah Yesus datang untuk memberikan Sukacita yang utuh dan melepaskan yang terbeban? mengapa kita sendiri membuat orang tua kita tidak merasakan sukacita itu dan malah menambah beban mereka??...
yang kedua, menghias rumah dengan periasan natal yang berkelap-kelip dan mewah, inipun tidak ada salahnya untuk mereka yang merasa berkecukupan dan tidak menjadi sesuatu yang memberatkan ekonomi mereka. tetapi bagaimana dengan mereka yang menghendaki demikian mewahnya tetapi berpapasan dengan keuangan namum memaksa untuk hal itu?? inilah yang tidak dibenarkan. kemewahan yang kita buat adalah untuk kepusan diri semata. toh, Yesus lahir dalam kesederhanaan, mengapa kita harus memaksakan kehendak untuk sesuatu yang pada akhirnya membebani diri kita sendiri? kandang domba tempat Yesus dilahirkan dan kain Lampin sebagai pembungkus bayi Yesus adalah khiasan dari betapa sederhananya Yesus itu Yesus lahir dalam kesederhanaan bukan dalam kemewahan. tidak ada salahnya kita menyambut Dia dalam kemewahan karena era kita sekarang dengan yang dulu sudah cukup berubah secara pesat, tetapi janganlah karena Natal lalu mengharuskan kita memaksakan kehendak pada hal-hal yang sebenarnya bersifat sementara saja. intinya, bisa saja kita hias seindah mungkin rumah kediaman kita, asalkan itu tidak menyulitkan perekonomian kita, sebab dalam kesederhanaan- pun Yesus akan hadir di situ. yang paling terpenting lagi adalah Yesus tidak melihat seberapa mewahnya rumah kita, seberapa indahnya rumah kita dengan berbagai hiasan Natal, tetapi Yesus lihat kedalamman Hati kita, seberapa dalamnya kita membuka hati untuk menerima kedatanganNya.
ketiga: mempersiapkan makanan dan minuman untuk para tamu yang datang nantinya. oky, hal ini juga tidak ada salahnya, sudah menjadi tradisi orang Kristen pada saat merayakan Natal harus menyiapkan kue, makanan-makanan dan minuman. tetapi yang unik adalah ada orang dan pada umumnya ibu-ibu RT, yang karena kesibukan menyiapkan hidangan-hidangan tersebut kecapean dan tidak mengikuti ibadah perayaan Natal di Gereja. atau juga karena kecapean, sudah hilang sukacita, kegembiraannya saat mereayakan Natal malah marah-marah suami atau anak-anak. keadaan ini yang membuat cara ketiga ini salah dimata Tuhan. menjamu tamu dengan hidangan yang disiapkan, bukan berarti membuat kita sibuk dengan hal masak-memasak sampai melupakan makna Natal yang sebenarnya. secukupnya saja, dan tidak dalam kondisi yang memaksakan, sesab Natal bukan hanya sebatas kue, makanan dan minuman semata, tapi lebih dari pada itu adalah kebersamaan dan sukacita bersama Tuhan.
keempat: menyambut Natal dengan balutan yang elegant. tradisi orang kristen saat natal adalah harus punya baju baru, spatu baru, tas baru dan semua yang baru, asal jangan suami baru atau istri baru (dalam hal selingkuh). sebenarnya hal ini tidak juga serta-merta dibilang adalah cara yang salah dalam menyambut Natal. tetapi, harus dilihat lagi terlebih dulu. bila memang yang bersangkutan merasa membuthkan sesuatu barang yang baru karena yang lamanhya sudah tidak pantas lagi ya itu sah-sah saja. akan tetapi bila yang lama masih bisa digunakan dan yang bersangkutan hanya membeli barang-barang tersebut untuk kepuasan diri semata agar tampil beda saat perayaan Natal, inilah yang menjadi kesalahannya. Natal tidak diwajibkan dirayakan dengan barang-barang yang baru dan mewah, tetapi Hati Yang Baru dan Tulus menerima kedatanganNya.
buat apa dengan baju baru dan mahal, yang hanya membalut tubuh luar tetapi hati yang di dalam tidak diperbaharui??buat apa sepatu baru yang mahal dan mewah, tetapi kaki yang dihiasi sepatu baru itu tidak melangkah megikuti kehendak Tuhan?? semuanya adalah sia-sia. intinya adalah, merayakan Natal bukan hanya dengan barang yang baru, tetapi dibutuhkan Hati yang baru.
cara yang keempat ini yang palaing sering ditemui dilakoni oleh bapak-bapak dan anak muda laki-laki (pemuda). ada istilah satu tahun satu kali, dan karna itu mabok sampe pagi. apakah ini adalah cara yang baik untuk menyambut Yesus?? tidak ! ! !
bagaimana Yesus mau menghampiri hidupnya kalau dalam keadaan yang mabok?? jangankan Yesus istri dan annakpun tidak berani untuk mendekat. bagaimana Suara Yesus mau didengar? suara Lonceng gereja yang berdentang aja tidak di dengar kok..atau bahkan jangankan suara lonceng, suara istripun tidak didengar.
Natal tidak pantas disambut dengan MIRAS, sebab yang Yesus harapkan adalah Hati yang tulus menerimaNya. hati yang tulus berkaitan dengan otak yang waras ! !
jadi kalau siapa yang tidak Tulus menerima Yesus = dia tidak waras = mabok tanpa minuman.
Tuhan Yesus sayang kita semua....
amin
Senin, 19 November 2012
Selasa, 13 November 2012
ayat alkitab
seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu...dunia orang mati dan kebinasaan tak akan puas, demikianlah mata manusia tak akan puas..
amsal:27:19-20
amsal:27:19-20
Kamis, 08 November 2012
membuang sampah sembarangan = dosa
Membuang sampah sembarangan = berdosa
Meningkatnya kebutuhan hidup
manusia yang disertai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
disertai dengan perkembangan ilmu teknologi ( IPTEK) ternyata sangat
berpengaruh dalam kehidupan, baik itu positif maupun negatif. Salah satu dampak
negatif yang cukup menjadi permasalahan adalah “sampah”. Sampah secara harafiah
adalah barang atau benda yang dibuang atau terbuang sehingga mengotori
lingkungan. Bahasa Inggris, sampah disebut ‘WASTE’ yang diterjemahkan dengan
kata limbah. Waste mengandung
pengertian sampah dalam arti yang sangat luas. Waste diartikan sebagai setiap bahan padat, cair atau gas yang
tidak berguna bagi organisme atau ekosistem yang menghasilkannya dan karena itu
diperlukan pemikiran mengenai cara pembunagannya.[1]
Sampah menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah barang/ barang bungan/
kotoran seperti daun–daun kering, kertas – kertas kotor dan sebagainya.[2]
Pembungan sampah selalu berkaitan dengan
lingkungan tempat manusia tinggal. Lingkungan adalah tempat di mana makhluk
hidup berinteraksi. Interaksi inilah yang menunjang organisme untuk bertahan
hidup, sekaligus membawa pengaruh bagi lingkungan dan masa depannya karena
bumilah yang melengkapi kehidupan organisme.[3]
Berbicara mengenai lingkungan berarti berbicara mengenai tempat di mana makhluk
hidup berinteraksi.[4]
Lingkungan dibagi menjadi dua jenis yaitu lingkungan hidup alamiah dan
lingkungan hidup binaan. Lingkungan hidup alamiah adalah suatu sistem yang amat
dinamis yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan makhluk
hidup dan komponen-komponen biotik maupun komponen abiotik lainnya.[5]
Lingkungnan hidup binaan adalah lingkungan hidup alamiah yang didominasi oleh
kehadiran manusia.[6]Oto Soemarwoto berpendapat bahwa lingkungan
merupakan sumber daya. Dari lingkungan ada unsur–unsur yang diperlukan untuk
memproduksi dan konsumsi, akan tetapi sumber daya merupakan daya regenerasi dan
asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau permintaan ada di bawa batas
daya regenerasi atau asimmilasi sumber daya dapat digunakan secara lestari.
Akan tetapi batas itu dilampaui sumber daya akan mengalami kerusakan dan fungsi
sumber daya sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan
mengalami gangguan.[7]Kenyataan yang ditemui
lingkungan alam kini telah sakit dan menderita. Hal ini terjadi karena ulah dari manusia itu sendiri. Pada zaman
Paeleolitikum 590.000 sm manusia hidup sebagai pemburu, pencari ikan dan
pengumpul buah–buahan. Zaman ini, hubungan manusia dengan lingkungan alam
sangat harmonis. Manusia sangat
tergantung pada alam sehingga pada saat itu mereka sangat mengontrol
keseimbangan alam ini agar lingkungan alam dapat mendukung kehidupan mereka.
Mereka menggunakan hasil alam tetapi juga memelihara alam. Melalui perkembangan
serta meningkatnya kebutuhan hidup manusia, membuat sikap dasar manusia menjadi
berubah dalam melihat lingkungan alam ini. Sikap dasar dan perilaku manusia
terhadap lingkungan hidup saat ini dipengaruhi oleh paham manusia yang keliru
yaitu paham Antroposentris yang lebih mengutamakan kedudukan dan peran manusia
dibandingkan ciptaan lain, sehingga manusia cenderung mengorbankan mahkluk
ciptaan yang lain hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri.[8]Dr. Roberth Borrong mengatakan perlu diusahakan untuk mentransformasikan cara
pandang masyarakat yang Antroposentris menjadi ekosentris – holistik. Artinya
manusia bisa saja mengambil segala yang ia butuhkan dari alam tetapi harus
secara proposional, tidak berlebihan dan yang terpenting adalah tidak
menghancurkan alam ini.Seperti perfektif W. H Murdy
yang mengatakan setiap spesies mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
Manusia selalu berperilaku seakan kelangsungan hidup manusia jauh lebih penting
dan bernilai daripada kelangsungan hidup makhluk hidup yang lainnya, karena
kelangsungan hidup mansusia bergantung pada kelangsungan hidup makhluk hidup
lain di alam semesta ini, manusia mempunyai kepentingan untuk menyelamatkan
alam semesta serta isinya. Oleh karena itu, supaya kita bisa bertahan sebagai
individu dan sebagai spesies, haruslah memilih melakukan tindakan–tindakan yang
akan mendukung ‘sistem yang kehidupan bersama’.[9]Argument yang mirip ditemukan oleh F. Fraser
Darling. Menurutnya manusia mempunyai posisi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sepsis lain, sebagai “aristocrat biologis”. Sebagai aristocrat biologis,
manusia mempunyai kekuasaan atas makhluk hidup lain. Manusia mempunyai posisi
istimewa di alam semesta ini, ia menempati puncak rantai makanan dan puncak piramida
kehidupan. Menurutnya, justru karena manusia adalah aristocrat biologis, ia
harus melayani semua yang ada di bawah kekuasaannya secara baik dan sekaligus
mempunyai tangung jawab moral untuk menjaga dan melindunginya.[10] Menurut istilah
lingkungan untuk manejemen sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang
dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki
nilai ekonomis. Sampah juga dapat diartikan sebagai sisa matrial yang tidak diinginkan
setelah berakhirnya suatu proses. Berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi
dua yaitu sapah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang
mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun–daunan kering dan sebagainya
dan sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak membusuk, seperti plastik wadah
pebungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng,
kayu, dan sebagainya. Selain itu berdasarkan bentuknya sampah dapat dibagi lagi
menjadi dua yaitu sampah padat dan sampah cair. Sampah padat adalah segala
bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair dapat berupa sampah
rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain–lain,
sedangkan sampah cair adalah bahan ciran yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kempali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah seperti limbah hitam yaitu
sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang
berbahaya. Limbah rumah tangga yaitu sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen juga.[11]
Kebiasaan manusia yang sering membuang sampah di sembarnag tempat termasuk pantai sangat mengancam kehidupan manusia dan juga tatanan lingkungan air.
Air laut dapat tercemar oleh buangan bahan padat, buangan bahan organik dan
juga buangan bahan olahan bahan makanan. Bahan buangan padat yang dimaksudkan
di sini adalah bahan bungan yang berbentuk padat, baik kasar (butiran besar)
maupun yang halus (butiran kecil). Kedua macam bahan buangan padat tersebut apabila
dibuang ke lingkungan air maka kemungkingan yang akan terjadi adalah:
a. Peralutan bahan buangan padat oleh air Apabila bahan buangan padat larut di dalam air, maka kepekatan air
atau berat jenis cairan akan naik. Ada kalanya pelarutan bahan padat di dalam
air akan disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan
pekat dan berwarna gelap akan mengurangi presentasi sinar matahari ke dalam
air. Akibatnya, proses fotosintesis tanaman dalam air menjadi terganggu. Jumlah
oksigen yang terlarut di dalam air juga akan berkurang. Hal ini sudah tentu
berakibat terhadap kehidupan organisme yang hidup di dalam air. b. Pengendapan bahan buangan padat di dasar air. Bahan buangan
padat berbentuk kasar (butiran besar) dan berat serta tidak larut dalam air
maka bahan buangan tersebut akan mengendap di dasar air. Hal ini sangat
menggangu karena endapan ini akan menutup permukaan dasar air yang mungkin
mengandung telur ikan sehingga telur ikan tidak dapat menetas. Selain itu juga
endapan menghalangi sumber makanan sehingga sumber makanan bagi ikan dan
semua jenis hewan laut menjadi
berkurang. Populasi ikanpun akan menurun.
Bahan
buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau
terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat
membusuk atau terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan buangan
yang termasuk kelompok ini tidak dibuang ke lingkungan air karena dapat menambah
mikroorganisme di dalam air dan dengan berkembangnya mikroorganisme lain maka
tidak menutup kemungkinan akan ikut berkembang bakteri patogen yang berbahaya
bagi manusia.[13]
Sebagai orang Kristen kita meyakini bahwa hubungan antara manusia
dan ciptaan berasal dari berkat Allah dan perintah dalam kejadian l:28 untuk
“menaklukkan” bumi dan “berkuasa” atas semua makluk hidup.[15] Kata
“menaklukkan dan berkuasa” bukan berarti manusia seenakanya mengeksploitasi
Lingkungan alam, tetapi menjaga dan juga memelihara kelestarian lingkungan alam
ini juga merupakan makna yang terkandung dalam perintah Allah itu. Bisa dilihat juga dalam pernyataan pengakuan iman Kristen yakni pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman
Konstantinopel yang mempunyai keterikatan dengan kitab suci Alkitab (Kej 1 dan
2) adalah Allah sebagai pencipta langit dan bumi (alam semesta) dan diakhiri
dengan kesaksian bahwa Allah akan membaharui ciptaanNya dalam langit baru dan
bumi baru (Why 21, 22).[16] Oleh
karena itu, alam harus dijaga keutuhannya,[17] karena
alam bukan objek yang dapat diperlakukan oleh manusia sesuka hatinya.[18] Allah
dalam kemahakuasaanNya menjadikan alam semesta dari tidak ada menjadi ada dan
sempurna baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan (Kej 1 dan 2, Mzm
24:1-2).[19]
Seluruh ciptaan ditempatkan Allah dalam keselarasan yang saling menghidupkan
sejalan dengan kasih karunia pemeliharaanNya atas ciptaanNya (Kej 1: 29-30;
2:15; Mzm 104: 10-18; Yes 45: 7-8 ), karena Allah tidak menginginkan ciptaanNya
kacau dan saling menghancurkan (Kej 18: 21-22; 9: 8-17). Allah telah memberikan
mandat khusuus kepada manusia untuk turut dalam memelihara dan mengusahakan
kelestarian alam ciptaan Allah itu. Pengrusakan terhadap alam semesta pada
dasarnya adalah perlawanan terhadap Allah, yang telah menjadikan segala sesuatu
yang senantiasa memelihara dalam kasih dan kesetiaan. Sejak permulaan hingga
akhir Tuhan Allah memerintah, memelihara dan menuntun segenap ciptaanNya dengan
kasih setia dan adil ( Maz 123: 9; 146: 6). Ia terus menerus menentang segala
kekuasaan yang hendak merusakkan ciptaanNya, dan menuntun seluruh ciptaannya
menuju kesempurnaan dimana segala ciptaan bertekuk lutut dan mengaku “Yesus
adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa (Filipi 2: 10).[20]
Menurut
Sonny Keraf, manusia adalah penyebab pencemaran dan rusaknya lingkungan. Hal
ini dipengaruhi oleh cara pandang manusia yang menganggap diri lebih mulia dari
ciptaan yang lain sehingga manusia sendiri mempunyai hak untuk menguasai alam
ini. Hal ini sejalan dengan teori Antroposentrisme yang memandang mansuia
sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap
yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil
dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung. Nilai
tertinggi adalah manusia dan kepentingannya hanya manusia yang mempunyai nilai
dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya
mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia.
Oleh karena itu, alam dilihat sebagai objek, alat dan sarana bagi pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan
manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Selain bersifat
antroposentris, etika ini sangat instrumentalistik, dalam pengertian pola
hubungan manusia dan alam dilihat hanya relasi instrumental. Alam dinilai sebagai
alat kepentingan manusia, kalau pun manusia mempunyai sikap peduli terhadap
alam, itu semata–mata dilakukan demi menjamin kebutuhan hidup manusia, bukan
karena pertimbangan bahwa alam mempunyai nilai pada diri sendiri sehingga
pantas untuk dilindungi. Sebaliknya, kalau alam itu sendiri tidak berguna bagi
kepentingan manusia alam akan diabaikan begitu saja.[21]
Teori
semacam ini juga bersifat egoistis, karena hanya mengutamakan kepentingan
manusia. Kepentingan makhluk hidup lain, dan juga alam semesta seluruhnya,
tidak menjadi pertimbangan moral. Cara pandang seperti ini menyebabkan manusia
mengeksploitasi dan menguras alam semesta demi memenuhi kepentingan dan
kebutuhan hidupnya, tanpa cukup memberi perhatian kepada kelestarian alam. Pola
prilaku yang eksploitatif, destruktif dan tidak peduli terhadap alam tersebut
dianggap berakar pada cara pandang yang hanya mementingkan kepentingan manusia.
Cara pandang ini melahirkan sikap dan perilaku rakus dan tamak yang menyebabkan
manusia mengambil semua kebutuhannya dari alam tanpa mempertimbangkan
kelestariannya, karena alam dipandang hanya ada demi kepentingan manusia. Apa
saja boleh dilakukan manusia terhadap alam, sejauh tidak merugikan kepentingan
mansuia, sejauh tidak mempunyai dampak yang merugikan kepentingan manusia.
Kepentingan manusia yang dimaksud di sini lebih bersifat jangka pendek itulah
akar dari berbagai krisis lingkungan hidup.[22]maka diperlulah suatu pegangan etis yang kokoh,
yakni suatu nilai etis yang berporos dan berorientasi kepada mempertahankan dan
memelihara kehidupan alam ini. Kesadaran akan kehidupan yang saling tergantung
kepada dan dengan kehidupan orang lain bahkan saling terkait dengan lingkugnan
sekitar perlu semakin dipupuk, bahwa kesejahteraan seseorang berkaitan dengan
kelangsungan alam ini. Era globalisasi ini etika kehidupan amat diperlukan. Dan
karena itu perlu dipelihara bersama, jika tida mansuia dan planet ini akan
hancur.[23]
Lingkugnan
adalah tempat tinggal manusia dan merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang
sangat mulia. Ketika manusia tidak memelihara lingkungan itu dengan baik,
lingkungan hidup ini akan menjadi sesuatu yang mengancam kehidupan manusia.
Bayangkan saja ketika lingkungan hidup sering dieksploitasi dengan tindakan membuang sampah semmaka pasti akan terjadi
bencana–bancana alam seperti banjir, tanah longsor, pemanasan global dan itu mengancam
kehidupan manusia belum lagi terdeteksinya berbagai penyakit-penyakit baru yang
berbahaya bagi kehidupan manusia. Lingkungan hidup adalah bagian dari manusia
dan manusia wajib untuk memelihara kelestariannya guna kehidupan di masa yang
akan datang.
Kewajiban
menjaga dan melestarikan lingkungan alam ini adalah juga mandat dari Tuhan
Allah dalam kitab kejadian 1:8 menyatakan sebagai manusia yang percaya kepada
Tuhan Allah, harus dapat menjalankan amanatNya dengan baik. Teologi penciptaan memberikan gambaran, bahwa
Allah mencipta karena Ia mengendaki kehidupan lain di saping dirinya dan Dia
berkenaan atas kehidupan yang diciptakan-Nya itu supaya mengalami damai sejahterah.
Maka Etika lingkungan Kristen perlu pula mengembangkan etika mengenai damai
sejahterah. Etika damai sejahterah ini penting, sebab hidup bersumber dari
Allah dan Allah menghendaki agar kehidupan itu terus berada dalam keadaan yang
aman dan sentosa.
Ini jelas bahwa ketika manusia tidak bertanggung jawab dengan alam
dan lingkungan ini maka dami sejahterah akan jauh dari kehidupan manusia.
Manusia berada pada berbagai ancaman alam yang berasal dari kealpaan manusia yang tidak menjaga
lingkungan itu.
Cerita penciptaan dikatakan manusia dan seluruh ciptaan mengalami
damai sejahterah di bumi ketika di awal penciptaan itu tetapi pemberontakan manusia yang menyebabkannya jatuh
ke dalam dosa mengakibatkan damai sejahterah itu tidak dapat dialami lagi.
Manusia menjadi bermusuhan dengan Allah maupun dengan ciptaan lainnya dan
kedatangan Yesus di bumi juga bertujuan untuk memulihkan damai sejahterah yang
hilang itu. Pendamaian itu mencakup semua isi bumi ( 2Kor 5:18-19; Kol 1:19-20)
jadi pendamaian itu mencakup seluruh alam semesta, Allah dan manusia, manusia
dan alam ini. Konsep Kristologi dan soteriologi mendudukan manusia dan sesama
ciptaan di bumi berada dalam posisi yang setara, saling menghargai dan
menghidupkan sehingga ini menjadi penting, ketika manusia tidak memelihara
lingkungan tempat ia tinggal maka sama saja dengan berbuat kejahatan dan mereka
telah berbuat dosa karena melanggar perintah Allah.
[1] Borong, Etika Bumi
Baru, (Jakarta: PT.BPK, Gunung Mulia, 2003), Hlm. 123[2] W.J.
Poewadar, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Hlm.
862[3] Bernard S. Cayne,
Ensyclopedia Vol.10 ( New York: Intenational Edition, 1972), Hlm. 479[4] Tim Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: balai pustaka,
1990), Hlm
601[5] Staf Ensiklopedi
Nasional Indonesia, Ensiklopedi Nasiional Indonesia (Jakarta: Delta
Pamungkas,2004), Hlm
395[6] Ibid., hlm 396[7] Oto soemarwoto, ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan,
( Jakarta: djambatan, 1994),
Hlm. 59[8] Dr. William Chang, OFMCap, Moral Lingkungan Hidup
(Yogyakarata: kanisius, 2001), Hlm. 66[9] A. Sonny Keraf Etika Lingkungan Hidup (Jakarta:Kompas, 2010), Hlm. 57[10] Ibid.,
Hlm 57[11] Wikipedia.com, Sampah dan jenisnyai: http://id.wikipedia.org/wiki/sampah. (17-06-2011)[12] Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemamran Lingkungan, (
Yogyakarta: Andi, 2004).
Hlm 79[13] Ibit., hlm 80[14] Wisnu Arya Wardhana, Op.Cit.,
Hlm 81[15] Celia Deane-Drummond,
Teologi Dan Ekologi (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2001), Hlm 1916] Robert P. Borrong,
Op.Cit., Hlm 180[17] Ibid., Hlm 184[18] Ibid., Hlm 185[19] Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia, Lima Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan
Gereja-Gereja Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia), Hlm. 46[20] Ibit., Hlm 47[21] A. Sonny Keraf, Op.Cit., Hlm
47[22] Ibid., Hlm 49[23] Andar Ismail, Ajarlah
Mereka Melakukan, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2006), Hlm. 231
Senin, 05 November 2012
Firman Tuhan" Renungan Harian"
TITUS 2:1-6
KEWAJIBAN ORANG TUA, PEMUDA DAN
HAMBA
Syalom,,,persekutuan
yang diberkati Tuhan Yesus Kristus
Ada sebuah kisah
yang akan saya sampaikan sebagai pengantar
Ada
seorang gadis muda yang sedang menunggu penerbangannya di ruang tunggu sebuah
bandara yang super sibuk. Karena harus
menunggu berjam-jam ia pun membeli sebuah buku yang akan dibaca menghabiskan
waktu menunggunya dan sebungkus kue yang akan dimakan saat ia membaca. Dia pun
duduk di sebuah korsi bersandaran tangan, diruang vip bandara untuk
beristirahat dan membaca buku yang baru dibelinya tadi. Disisi sandaran dimana
kue terletak seorang laki-laki dudukk dikursi sebelahnya membuka majalah dan
mulai membaca.
Ketika
ia mengambil kue pertama, laki-laki itu juga turut mengambil. Si- gadis ini
kemudian merasa “gemas” tapi dia tidak berkata apa-apa dia hanya berpikir dan
berkata dalam hatinya “lancang benar laki-laki ini ! ! ... bila saya ngak
sabaran sudah ku gebuk dia untuk kenekatannya ini”. Setiap kali si gadis mengambil kue, laki-laki
itupun turut mengambil satu. Hal ini sangat membuat si-gadis itu marah, namun
dia tidak mau membuat kegaduhan di dalam ruangan itu. Ketika tinggal satu kue
yang tersisa, si- gadis ini berbisik dalam hatinya ”ha.. skarang akan saya liat
apa yang akan kamu lakukan, laki-laki tak sopan,??”
Secara
refleks laki-laki itu mengambil kue yang tersisa satu itu, membaginya menjadi
dua bagian dan meberi separoh untuk si-gadis tu dan separohnya untuk dia makan.
“Benar-benar
keterlaluan laki-laki tidak sopan ini” hujat si gadis dalam hati.. lantas ia
langsung mengakiri bacaannya, mengemasi barang-barangnya dan pergi dengan wajah
geram ke tempat boarding. Ketika si-gadis ini sudah duduk dalam pesawat dia
merogoh tasnya untuk mengambil kacamatanya dan....... dia trsontak terkejut
karna ia melihat sebungkus kue masih ada di dalam tas, tidak tersentuh tidak
terbuka!.. dia merasa sangat malu. Dia sadar telah keliru, dia lupa kalau
kuenya masih tersimpan di dalam tasnya dan belum trsentuh sedikitpun. Laki-laki
tadi telah berbagi kue dengannya, tanpa merasa marah atau sengit sedangkan si
gadis amat marah berfikir bahawa ia telah berbagi kue dengan laki-laki itu. Dan
kini tidak ada lagi kesempatan untuk menerangkan kelalaiannya juga untuk
meminta maaf.
Saudara/
saudari yang mengasihi Yesus Kristus, dari kisah ini ada pesan moril yang ingin
disampaikan bahwa sebenarnya ada 4 hal yang tidak dapat kembali
Yang
pertama: batu setelah di lontarkan, kedua: kata setelah diucapkan, ketiga:
kesempatan setelah ia hilang dan ke-empat adalah waktu setelah ia berlalu....
Saudara-saudara
yang mengasihi Yesus Kristus,
Kita sebagai
orang Kristen memiliki tugas dan tanggung jawab penting ketika, kita masih
diberikan kesempatan untuk hidup dan berkarya dalam dunia ini. Dalam pembacaan
kita saat ini tertara jelas bagaimana seharusnya kita bersikap dalam hidup,
sebagai orang-orang Kristen. Pembagiannya adalah bagaimana kita Sebagai orang
tua laki-laki haruslah bersikap terhormat, bijaksana, sehat dalam iman dalam
kasih dan ketekunan, demikian juga perempuan-perempuan tua, hendaklah mereka
hidup sebagai orang-orang yang beribadah, jangan menfitnah, jangan menjadi
hamba anggur tetapi cakap mengajarkan hal –hal yang baik. Sehingga teladan yang
baik dari orang tua ini dapat diikuti oleh orang-orang muda yang adalah tulang
pungung gereja.
Saudara-saudari
yang mengasihi Tuhan Yesus,,
Tema kita saat
ini adalah tentang penguasaan diri, bila dikaitkan dengan pembacaan saat ini maka
ada penegasan bahwa sebagai orang tua, kita mempunyai tanggung jawab penting untuk
mendidik dan menasehati anak-anak kita agar nantinya mereka dapat menguasai
diri mereka dalam segala hal. Orang
tua menjadi sosok yang memiliki peran penting dalam perkembangan dan
pertumbuhan anaknya. ketika orang tua tidak mampu untuk menjadi contoh
yang baik maka, jelas anak pun akan menjadi apa yang dicontohkan oleh orang tuanya. jangan pernah
kita berharap bahwa ketika sebagai orang tua, kita memberi contoh yang buruk,
maka akan kelak kita akan melihat keberhasilan anak-anak kita. malah sebaliknya yang akan terjadi adalah kehancuran dan kegagalan dari anak-anak kita sebab ada tertulis "apa
yang kamu tabur itulah yang kamu tuai". Orang tua, menjadi pokok yang benar untuk nantinya menghasilkan buah-buah yang berkualitas.
Pertanyaan kristis saat ini
adalah mengapa penguasaan diri itu sangat penting, sehingga saat ini kita ada dalam perenungan ayat ini??
Jawabannya adalah
karena dengan menguasai diri manusia dapat mencapai apa yang ia inginkan menyangkut dengan keberhasilan-keberhasilan dalam kehidupannya. orang tua yang mampu menguasai dirinya akan memberikan contoh dan teladan yang baik untuk anak-anakya yang pada nantinya bertumbuh dengan kebiasaan-kebiasaan yang positif, bertumbuh dan mengarahkan iman kepada Yesus Kristus, dan pada nantinya kelak akan mengaku iman mereka secara pribadi kepada Allah sebagai Tuhan dan juruselamat mereka.
sebagai anak-anak kita tidak akan membuat kesalahan yang
fatal dalam hidup ini. Dengan menguasai diri, anak-anak kita dapat mengtur pola
bicara, tutur kata mereka dengan sebaik- baiknya sehingga tidak menyinggung perasaan
orang lain, dengan penguasaan diri mereka dapat memanfaatkan waktu dengan baik
sehingga kesempatan-kesempatan positif yang membangun dalam hidup tidak akan
disia-siakan. Maka, tidak ada kesalahan dan penyesalan yang dialami oleh mereka
nantinya, mereka dapat menikmati hidup dengan sukacita, keberhasilan demi keberhasilan akan diperoleh dan dengan demikian orang lain yang melihatnya merasa bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Tuhan yang luar biasa, yang bekerja dalam setiap pribadi dan berkarya secara berkelanjutan, tidak pernah berkesudahan.
Persekutuan yang
diberkati Tuhan Yesus,,
Tetapi kita
harus jujur dalam hati kita, bahwa semua kita termasuk
saya, mengalami kesulitan dalam menjalankan apa yang dikehendaki oleh Allah
dalam firmannya.
Terkadang sebagai orang tua kita lebih egois dalam menjalani
hidup, lebih arogan karena pikir lebih berpengalaman sehingga yang ditampilkan
dalam perilaku hidup jauh dari apa yang dikehendaki Tuhan. Kita seolah-olah
acuh tak acuh dengan apa yang telah difirmankan dan mengikuti apa yang menjadi
kedanginan kita. Akibatnya, tidak sedikit keluarga Kristen yang retak dan
berujung perceraian, tak sedikit kekerasan yang tejadi dalam kehidupan keluarga
Kristen, tidak sedikit orang tua yang di cap gagal dalam mendidik dan
mendewasakan anak-anak mereka karena orang tua lebih sibuk mengurusi pekerjaan
dan mengabaikan anak-anak mereka. Maka tidak ada kesempatan untuk memberikan
pengajaran dan nasehat kepada anak-anak. Anak-anak dibiarkan mengikuti kemauan
mereka tanpa ada kontrol dari orang tua sehingga bukan keberhasilan yang
dicapai melainkan kegagalan dan penyesalan yang berkepajangan.
Demikian juga,
sebagai anak-anak kita harus jujur bahwa terkadang kita malas dan bersikap cuek
“semau gue” dalam menjalani hidup. Orang
tua kita dengan keringat, susah payah mebesarkan kita dalam cinta kasih dan
setiap saat memberikan nasehat-nasehat yang bermutu dalam hidup tetapi malah
sebaliknya, kita yang tidak mau bahkan enggan menerapkan dalam hidup. (Ada
kalimat ngetren yang biasa dikatakan oleh anak-anak muda ketika dinasehati oleh
orang tuaya “papa katro atau mama
nie katro banget si” atau “papa mama kurang Gaul” atau “papa mama ketinggalan
zaman” dan masih banyak lagi) .
Sungguh sangat
menyedihkan kekita kita sebagai orang muda menyia-nyiakan nasehat dari orang
tua. Nasehat adalah bekal bagi hidup kita kedepan, dengan mendengar nasehat dan
menerapkan dalam hidup kita maka akan membuahkan hasil kesuksesan. Kita dapat
bandingkan dengan ayat firman dalam ( Keluaran 20:12, Efesus 6:1-3 dan Amsal
4:23). Yang menunjukkan batapa sebuah nasehat itu sangat berharga bagi
kehidupan anak-anak muda.
Firman Tuhan ini
mengingatkan kita kembali bahwa sebagai orang tua, kita memiliki kewajiban
permanen, paten dan tidak dapat digangu-gugat yaitu dalam hal menasehati
anak-anak kita dalam kasih dan penerangan Firman Tuhan. Juga sebagai anak-anak kewajiban kita mendengar
nasehat itu dan menerapkannya dalam
kehidupan ini. Maka ada hasil yang dijanjikan Allah bagi hidup kita. Kita tidak
akan mendapat malau bahkan akan akan menjadi teladan bagi orang lain bandingkan
ayatnya yang ke 7.
Kiranya sebagai
keluarga kristen dan kita semua yang mengakui diri sebagai anak-anak Tuhan
dapat menjankan peran masing-masing seperti yang tertera dalam firman ini.
Terlebih kepada orang muda, peringatan keras untukmu bahwa, nasehat itu sangat penting
bagi hidupmu, dengannya kamu dapat menguasai diri dalam segala hal dan
menggapai kesuksesan di masa depan.
Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)